Jumat, 21 Agustus 2009

Apa Manfaat Oriflame Buat Gue..??

Pertanyaan ini ditanyakan seorang teman (donlen baru gue) beberapa hari yang lalu. Pertanyaan yang bikin gue tersenyum, mengingat dari kemarin-kemarin pengen banget gue nulis tentang dampak ikut bisnis ini terhadap religiusitas gue (cie..bahasanya..)

Agustus ini, genap tiga bulan gue join oriflame. Meskipun masih merangkak naik levelnya (insya allah bulan ini 6%), gue yakin seyakin-yakinnya, pertemuan gue sama Ilna, 3 bulan lalu adalah jawaban dari segala doa-doa dan keinginan gue selama ini. Berbulan-bulan sebelumnya gue selalu bermimpi ingin bisa kerja dari rumah, ingin punya penghasilan besar tanpa harus mengorbankan keluarga. Gue coba buat berbagai macam bisnis, jatuh bangun, rugi iya untung belum tentu, demi mencapai impian ini, lagi-lagi kepentok sama terbatasnya waktu yang tersedia untuk secara penuh menjalani bisnis gue. Sekali waktu gue pernah bilang sama teman, sambil becanda, "kasih gue kerjaan part-time tapi salary-nya oke donggg..", dan dengan sukses si teman bilang gini, "kalopun ada, dah gue ambil duluan kalee puttt.."hehehe...

Itu dulu. Setelah searching-searching di internet peluang passive income, work from home, atau apalah itu namanya selama berbulan-bulan, dan berulangkali menolak bisnis apapun yang namanya MLM, akhirnya gue ketemu Ilna. Orang yang sangat tepat, yang akhirnya gue sadari mampu membimbing gue di bisnis ini. Ilna yang akhirnya membantu gue melihat pilihan lain dalam hidup gue. Pilihan lain yang awalnya selalu gue tolak, MLM.

Tiga bulan sudah, lalu kemudian apa yang gue pelajari?
Banyak...banget.... Bukan hanya sekedar jadi lebih perhatian sama penampilan diri yang bikin orang sekantor heboh (secara kantor gue NGO kampus, jadi ngeliat dandan rapi dikit rada rusuh :)) maupun suami berkomentar : "iya...siapa sih yang nggak senang istrinya tambah cantik?"(halah...tersipu-sipu), tapi ada dampak lain yang jauh lebih positif berkaitan dengan perubahan gue dalam memandang hidup gue saat ini.

Yang pertama, bisnis membuat gue tahu bahwa semua impian gue bukanlah hal yang mustahil untuk dicapai. Pada dasarnya gue ini pemimpi, banyak rencana dan banyak keinginan. Pengen punya sekolah, pengen jualan online, pengen buat konsultasi psikologi online, buat lembaga buat anak kebutuhan khusus, dan sebagainya, dan sebagainya, dan seterusnya. Namun sayangnya, sejauh ini kok rasanya susyaahhh...banget mewujudkan impian-impian gue ini. Bertahun-tahun mencoba bekerja kantoran sambil nyambi ngerjain ini itu, aduhhh...kayaknya rontok banget badan gue. Belum lagi urusan rumah tangga yang musti jadi perhatian juga. Alhasil, banyak impian akhirnya ditunda dan diam-diam terlupakan (hiks..). But then, gue ketemu Oriflame. Hidup gue kembali bergairah. Apa yang gue inginkan selama ini, kebebasan mengatur waktu dengan penghasilan besar, terpampang di depan mata, tinggal sekarang gue mau kerja keras jalanin atau nggak. Dengan waktu yang bisa gue atur sesuka gue, gue tahu gerbang ke arah impian-impian lain akan terbuka semakin lebar.

Yang kedua, ini mungkin hikmah dari menjalani sebuah bisnis, seperti anjuran Rasulullah, gue merasa menjadi lebih religius, lebih pasrah. Menjalani sebuah bisnis, apapun jenisnya, mau MLM atau bukan, dituntut komitmen dan kerja keras. Bisnis, seperti kata seorang teman, ibarat bermain judi, lebih tidak bisa diprediksi. Namun, resiko-resiko yang ditimbulkan ini membuat kita berdoa dua kali lipat lebih kenceng daripada sebelumnya. Hal ini gue rasakan juga saat menjalankan bisnis ini. Meskipun resiko yang ditanggung relatif tidak ada (daftar cuma 40 ribu, mannnn....), harapan dan keinginan yang kuat mendorong untuk berdoa lebih sering daripada sebelumnya. Bersamaan dengan itu, kesadaran akan makna hidup, bahwa kita bukan siapa-siapa tanpa Allah Ta'ala, perlahan menancap semakin dalam, sehingga kepasrahan akan hasil akhir setelah usaha dan doa pun semakin bertambah. Ujung-ujungnya, secara perlahan-lahan gue berkembang menjadi pribadi yang lebih religius ;).

Kamis, 13 Agustus 2009

Renungan Hari Ini...

Pernah ngerasa putus asa? pernah ngerasa down menjalanin bisnis ini? Saya pernah, dan itu menurut Saya merupakan hal yang wajar dalam menjalankan suatu bisnis. Apapun itu. Masalahnya kemudian, ketika kamu putus asa dan kelelahan apa yang kamu lakukan? Apakah kemudian berhenti dan kemudian menyerah? Atau kemudian introspeksi, mengingat kembali tujuan awal menekuni bisnis dan kemudian mengatur strategi kembali? Saya pilih melakukan yang kedua. Dan ketika Saya melakukannya, kembali mengukuhkan hati, pertolongan-pertolongan akan berdatangan dari arah yang tidak disangka-sangka.

Minggu, 09 Agustus 2009

Oleh-oleh dari BOP

Minggu, 9 Agustus 2009, jadwal tetap awal bulan, seperti biasa hadir BOP. Dua hal yang paling gue suka ketika datang BOP adalah, recharging semangat dan batere gue kembali untuk menjaga konsistensi, dan bersenang-senang keluar dari rutinitas harian yang mau gak mau, suka gak suka, harus gue akui membosankan.

BOP kali ini nendang banget. Di samping ngeliat anak 18 tahun yang rekognisi 15% padahal dia join baru Mei kemarin (hiks...sama ama gue), sentilan mbak Meuthia tentang menulis novel kehidupan amat sangat kena di gue. Secara hobiii...banget baca novel, perumpamaan mbak Meuthia langsung kena di hati deh. Masa iya ya, novel gue mau gue tulis begitu-begitu aja. Kerja-rumah-kerja-rumah-kerja lagi- rumah lagi-kerja lagi-rumah lagi (sekali-sekali liburan ada lah, tapi tetap aja itu kuranggggggggg banget, wong gue maunya libur bisa tiap hari dan bisa suka-suka tiap hari kok, hehehe). Monoton banget gak sihhhh...Novel-novel kayak gini biasanya gue lirik pun nggak, lha ini...novel hidup gue sendiri...Ironis banget...

Gue suka novel yang penuh warna, kaya rasa, kaya imajinasi, dan dalam maknanya. So, gue akan buat novel hidup gue kaya cerita. Mulai dari cerita hari-hari cinta gue dengan Radja (my little cute son), cerita tentang aktivitas mengajar lagi (part-time, yang akan gue lakoni benar2 sebagai hobi, bukan profesi), nulis buku (beneran), perjalanan gue ke tempat2 yang gue inginkan, pertemuan gue dengan orang-orang baru dan aktivitas gue di berbagai organisasi, yang sangat sulit gue lakukan saat ini, mengingat gue harus 'terpenjara' tiap hari, 8 jam sehari, di kantor. Gue akan ukir novel gue ini seindah mungkin, sehingga yang membacanya akan senang, terhanyut dan haru-biru dengan cerita-ceritague.

Gue tau, untuk menggapainya gak akan gampang. Penolakan, rasa malu, rasa minder yang semuanya akan terbayar lunas ketika gue berhasil mencapai puncaknya. Gue percaya dan semuanya percaya bahwa semuanya bukan cuma impian atau lagu pengantar tidur. Banyak sudah contohnya, permasalahannya hanya mau atau tidak mau saja.

Jumat, 07 Agustus 2009

Part 2: Halal atau Haram-kah (MLM) Oriflame ?

Untuk menentukan dan memutuskan apakah bisnis MLM itu haram, ada beberapa kriteria yang bisa dipakai sebagai tolok ukurnya. Tidak bisa begitu saja memukul rata bahwa yang namanya bisnis MLM itu pasti haram, karena sistim tiap perusahaan MLM berbeda-beda. Maka dari itu, suatu perusahaan MLM bisa dilihat haram tidaknya dari kriteria dibawah ini:

1. Riba (Transaksi Keuangan Berbasis Bunga)

==> Oriflame memberikan persentase keuntungan yang jelas kepada semua Consultantnya. Oriflame membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan bukan dari bunga, melainkan dari keuntungan penjualan produk nyata kepada konsumen.

2. Gharar (Kontrak yang tidak Lengkap dan Jelas)

==> Kita sebagai Consultant Oriflame, mendapat kontrak yang jelas bahwa keuntungan dari menjalankan bisnis Oriflame adalah dengan diskon langsung yang diperoleh dari Direct Selling (selisih harga katalog dengan harga Consultant). Juga Oriflame memiliki sistem plan yang jelas dalam sistem MLMnya.

3. Penipuan (Tadlis/Ghisy)

==> Oriflame berdiri di Swedia tahun 1967, dan di Indonesia pada tahun 1986. Oriflame merupakan pelopor MLM di Indonesia pada waktu itu. Dan kalau Oriflame pernah melakukan penipuan, pastinya perusahaan ini udah gulung tikar dari dulu. 22 tahun berada di Indonesia merupakan bukti yang cukup bahwa perusahaan ini adalah bonafid dan terpercaya.

4. Perjudian (Maysir atau Transaksi Spekulatif Tinggi yang tidak terkait dengan Produktifitas Riil)

==> Kalo masalah perjudian ini, kayaknya jauh banget ya dari Oriflame. Apalagi transaksi spekulatif yang gak ada produk riil/nyatanya. Di bisnis Oriflame, semuanya jelas, ada produk nyatanya, dan keuntungan didapat oleh Consultant yang BEKERJA, bukan hanya ongkang ongkang kaki aja. Jadi, gak ada tuh unsur spekulasi dan judi di bisnis ini.

5. Kedhaliman dan Eksploitatif (Dzulm)

==> biasanya eksploitasi terjadi pada perusahaan yang menerapkan Money Game/skema piramida. Jadi siapa yang duluan masuk dia yang untung dan yang dibawahnya yang pontang-panting. Kalau di Oriflame, justru siapa yang bekerja paling keras dialah yang akan memetik hasil paling banyak. Oriflame menerapkan suatu sistem plan yang mengatur sampai mana omzet suatu grup berpengaruh pada uplinenya, pada saat leader grup tsb mencapai level tertentu, maka putus jugalah pembagian bonus kepada upline diatasnya. Dan untuk jasa sang upline membangun grup tersebut, upline hanya diberikan passive income yang sudah ditentukan persennya. Jadi, gak ada yang namanya eksploitasi atau kezaliman, semuanya adil, transparan dan jelas.

6. Barang/Jasa yang dijual adalah berunsur atau mengandung hal yang haram
==> Produk Oriflame Alami dari Tumbuh-tumbuhan, insyaAllah terjamin kehalalannya.

aku tambahkan juga yaaa...

Kalau anda mau yakin halal tidaknya suatu produk, pastikan produk itu berlabel BPOM. Karena BPOM tidak akan memberikan ijin keluar suatu produk jika dalam satu unsur produk itu setelah diteliti ternyata mengandung unsur hewani yang haram.

Untuk segi bisnisnya, harus yakin bahwa perusahaan MLM itu terdaftar di APLI.

APLI (Asosiasi Penjual Langsung Indonesia) tidak akan menerima sebuah perusahaan direct selling atau networking dengan sistem piramida atau money game.

Psst, perusahaan2 yang tidak di terima di APLI akan berkelit bahwa mereka memang bukan MLM. heheheh.. bukan MLM tapi kok harus merekrut juga? Dan yang kita rekrut harus merekrut juga, begitu terus. apa bukan MLM itu namanya. Itu mah namanya ngeles ajah....

Jadi..buka mata..lihat sebuah kesempatan!

http://bonaoriflame.blogspot.com/2009/07/part-2-halal-atau-haram-kah-mlm.html

Kamis, 06 Agustus 2009

Pesan buat para bapak pegawai ...yang istrinya mau memulai bisnis sendiri.

harap dibaca nih para suami...untung laki gue gak kayak gini ;)

  • Pertama-tama, bersyukurlah - karena di luar sana banyak bapak-bapak pegawai lain yang sampai stress, gila, korupsi, dllsb karena keseringan denger istrinya bilang "Papih, aku mau beli..." Sedangkan istri lu bilang, "...saya mau jual..."

  • Nggak usah banyak cingcong dengan jabatan dan status. Katakanlah sekarang elu adalah seorang "Business Development Head" atau "Assistant Sales Manager" atau "Assistant Vice President" atau "Senior Human Capital Head" atau apapun, dan istri lo memutuskan mau mulai jualan cendol, dan elo merasa hina karena seorang "Senior Human Capital Head" harus bersanding dengan seorang tukang cendol, maka elo melihat dari perpektif yang salah. Kondisi sebenarnya adalah, elu sekarang hanyalah seorang buruh, jongos, dan istri lo sedang merintis jalan untuk menjadi seorang owner. Lagipula, Bob Sadino juga dulunya cuma seorang "tukang telur". Liat aja apa jadinya dia sekarang.

  • Nggak usah sok kaya / sok mapan dengan bilang, "Memang uang bulanan kamu kurang ya, sampe perlu jualan segala? Gue tambahin deh!" Berapa sih gaji bulanan lu sebagai seorang pegawai? Sepuluh juta? Lima belas? Dua puluh? Asal tau aja, minggu lalu gue baru ketemu seorang "tukang sayur" dari Pasar Unit II Tulang Bawang Lampung yang omzet per bulannya rata-rata 160 juta. Ini rata-rata lho, jadi ada kalanya lebih dari itu. Dengan asumsi keuntungan bersih 10%, maka pendapatan dia adalah 16 juta per bulan. Contoh lainnya, seorang ibu penjual beras, dari hasilnya berdagang plus pinjem ke bank mampu beli 1 hektar lahan karet. Setelah pinjaman lunas dan lahan karet jadi milik, dia menjaminkan lahan itu untuk mengambil pinjaman lagi. Pinjamannya dipake untuk membangun ruko 2 pintu. Sekarang, cicilan ke bank dibayar dari hasil penjualan lahan karet dan sewa ruko. Di luar itu, pendapatan dari kios beras masih mengalir, sekitar 10 jutaan nett per bulan. Gimana tuh, wahai para "Head" dan "Manager" kantoran?

  • Masih terkait poin sebelumnya, terkadang urusannya sama sekali bukan uang. Punya bisnis sendiri adalah salah satu bentuk aktualisasi diri, sebuah kebanggan tersendiri yang nggak ada urusannya dengan uang belanja. Punya bisnis sendiri besar banget pengaruhnya buat rasa percaya diri seseorang, terlepas dari ukuran bisnisnya. Dan kalo elo merasa terancam / keberatan dengan kehadiran seorang istri yang semakin PD dan berkembang, gue sarankan elo introspeksi deh.

  • Nggak usah banyak ribut kalo istri lo minta dukungan modal. Jangan lihat itu sebagai pengeluaran ekstra - siapa tau elo justru sedang melakukan investasi awal di embrio sebuah perusahaan multi - nasional. Pernah denger tentang "Mrs. Fields Cookies"? Di era 90-an perusahaan Amerika ini pernah punya outlet di deket Jembatan Dukuh Atas, Jakarta. Pemiliknya, si Mrs. Fields, tadinya hanya ibu rumah tangga biasa dengan pendidikan akhir SMA, yang merasa minder setiap kali dateng di acara kantor suaminya. Jabatan suaminya udah lumayan tinggi, dan istri-istri temen-temen kantor suaminya juga rata-rata berpendidikan tinggi. Begitu tau Mrs. Fields hanya lulusan SMA, mereka cuma memandang sebelah mata. Mrs. Fields berpikir, dia juga ingin punya sesuatu yang bisa dibanggakan, maka mulailah dia berbisnis kue kering. Bum - sekarang dia jauh lebih kaya ketimbang suaminya maupun istri-istri teman kantor suaminya.

  • Nggak usah menggunakan premis "kewajiban istri melayani suami" secara berlebihan. Ya memang benar kewajiban istri adalah melayani suami, tapi kalo elo komplen karena biasanya dibikinin kopi dan sekarang istri sibuk ngurus bisnis sehingga nggak sempet bikinin kopi lagi, gue sarankan beli kopi kemasan sachet di warung. Tuh baca, di kemasannya ada petunjuk cara bikinnya. Jangan sebut diri lo seorang "Head" / "Manager" / "Executive" kalo nggak bisa ngikutin petunjuk itu.
    Poin gue adalah, mau nggak mau memang perlu ada hal-hal yang dikorbankan kalo istri yang tadinya hanya mengurus rumah tangga sekarang punya kesibukan ekstra. Nggak perlu membebani istri lo dengan tuntutan yang nggak esensial.
Dicopy dari blog BOSSFam :
http://mbot. multiply. com/journal/ item/463/ pesan_buat_ para_bapak_ pegawai...